Kamis, 18 Oktober 2018

Dosen Ali Muhli S.E, MM Tugas Kelompok 4


NERACA PEMBAYARAN DAN NERACA HUTANG-PIUTANG LUAR NEGERI
Ekonomi  Internasional ialah transaksi-transaksi atau gejala-gejala ekonomi internasional. Semua transaksi ekonomi internasional suatu perekonomian oleh pemerintah negara yang bersangkutan pada umumnya dicatat,dikumpulkan dan kemudian disusun dalam bentuk ikhtisar yang biasa disebut neraca pembayaran luar negeri, yang tidak jarang pula disebut neraca pembayaran luar negeri, yang tidak jarang pula disebut juga neraca pembayaran internasional.
1.      Neraca Pembayaran Internasional
Neraca pembayaran internasional suatu negara yang biasanya juga disebut neraca pembayaran ,neraca pembayaran luar negeri, ‘balance of payments’, ‘balance of internasional payments’, atau ‘internasional balance of payments’, biasa didefinisikan sebagai suatu ikhtisar yang tersusun secara sistematik yang memuat semua transaksi-transaksi ekonomi luar negeri yang diadakan oleh penduduk negara bersangkutan, untuk jangka waktu tertentu.
            Neraca pembayaran internasional merupakan catatan yang memuat transaksi-transaksi yang diadakan oleh penduduk negara tersebut dengan penduduk lain untuk jangka waktu tertentu.
2.      Transaksi Ekonomi Internasional
Pada umumnya transaksi-transaksi ekonomi berupa pemindah-tanganan hak milik atas suatu benda dari  tangan orang yang satu ke tangan orang lain ataupun berupa penunaian jasa yang dilakukan oleh orang yang satu untuk orang yang lain. Selain itu, perubahan susunan dan nilai hutang-piutang serta kekayaan penduduk negara bersangkutan di negara lain juga tercakup dalam istilah transaksi ekonomi internasional.
3.      Transaksi Kredit dan Transaksi Debit
Transaksi-transaksi dalam neraca pembayaran internasional perlu lebih lanjut dibedakan transaksi-transaksi mana yang merupakan transaksi kredit, dan transaksi-transaksi mana yang merupakan transaksi debit. Karena, tanpa adanya pembedaan ini, suatu neraca pembayaran internasional tidak akan mempunyai arti sama sekali. Dalam kita menggolong-golongkan transaksi internasional ke dalam transaksi kredit dan transaksi debit, prinsip-prinsip yang perlu kita perhatikan ialah:
a)      Transaksi kredit, apabila transaksi tersebut mengakibatkan timbulnya atau bertambahnya hak bagi penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran internasional tersebut untuk menerima pembayaran dari negara lain.
b)      Transaksi debit, apabila transaksi tersebut mengakibatkan timbulnya atau bertambahnya kewajiban bagi penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran tersebut untuk mengadakan pembayaran kepada penduduk negara lain.
4.      Dasar Waktu Pencatatan Transaksi Perdagangan Dalam Pembayaran Internasional
Sejalan dengan kenyataan bahwa transaksi jual-beli terdiri dari tiga phase dalam pelaksanaannya, maka bagi kita dalam mengatasi persoalan di atas terbuka juga tiga macam pilihan time basis atau dasar waktu yang masing-masing mempunyai kebaikan-kebaikan serta kelemahan-kelemahannya sendiri-sendiri.
            Ketiga macam time basis tersebut ialah:
1)      Dasar waktu pembayaran atau the payments time basis yang biasa juga disebut the cash basis
2)      Dasar waktu perjanjian atau the transaction time basis
3)      Dasar waktu penyerahan atau the movement time basis
5.      Beberapa Sumber Neraca Pembayaran Indonesia
Neraca pembayaran luar negeri Indonesia dapat diperoleh dari beberapa penerbitan resmi, antara lain:
1)      Nota keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diterbitkan setiap tahun sekali untuk masing-masing tahun anggaran oleh Departemen Keuangan Republik Indonesia
2)      Bank Indonesia: Laporan Tahun Pembukaan, yang diterbitkan setiap tahun sekali untuk masing-masing tahun anggaran oelh Bank Indonesia
3)      Statistik Ekonomi-Keuangan Indoensia, yang diterbitkan dua bulan sekali oleh Bank Indonesia
4)      Statitstik Indonesia: Statistical Yearbook of Indonesia, yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik setahun sekali
5)      Indikator Ekonomi,yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik sebulan sekali.

Perlu lah kiranya diketengahkan di sini suatu catatan bahwa neraca-neraca pembayaran yang diterbitkan berbagai penerbitan resmi tersebut di atas susunan dan angka0angkanya tidak selalu sesuai. Perbedaan-perbedaan tersebut kemungkinan merupakan akibat :
1)      Penggunaan dasar waktu yang berbeda
2)      Penggunaan sistematika yang berbeda
3)      Perbedaan sumber statistik yang dipakai
4)      Perbedaan-perbedaan yang timbul disebabkan karena angka yang satu maish merupakan angka sementara, sedangkan angka yang lainnya merupakan angka yang sudah terpenuhi.
6.      Pos-pos dasar Neraca Pembayaran
1)                  Transaksi Dagang (Trade)
·         Barang-barang (visible trade)
·         Jasa-jasa (invisible trade)
2)      Pendapatan modal (income on investment)
3)      Transaksi-transaksi Unilateral (unilateral transasction)
4)      Penanaman Modal Langsung (direct investment)
5)      Hutang piutang jangka panjang (longtearn loan)
6)      Hutang piutang jangka pendek (short-term loan)
7)      Sektor Moneter (monetery sector)
Adapun selengkapnya susunan dengan model IMF untuk pos neraca barang dan jasaadalah sebagai berikut:
Neraca Barang-barang dan jasa-jasa:
a)      Neraca perdagangan barang (visible trade)
1.      Barang-barang
2.      Emas tidak moneter
b)      Neraca jasa-jasa (invisible trade)
1.      Ongkos pengangkutan dan asuransi
2.      Ongkos transport lain-lain
3.      Perjalanan luar negeri
4.      Pendapatan model
5.      Pemerintah, tidak termasuk dalam bagian lain
6.      Jasa-jasa lainnya.


Pos pos dasar neraca pembayaran
            Penyajian neraca pembayarn yang cukup terperinci seperti yang tercantum pada lampiran tersebut, diharapkan masyarakat akan dapat memanfaatkan data yang disajikan dalam neraca pembayaran tersebut secara maksimal. Sebelumkita menguraikan lebih lanjut mengenai makna pos pos dasar tersebut diatas, kiranya perlu diketengahkan disini bahwa penggolongan dasar pos pos tersebut diatas sedikit menyimpang dari susunan neraca pembayaran yang disarankan oleh IMF.
Neraca barang barang dan jasa jasa:
a.       Neraca perdagangan barang:
1.      Barang barang
2.      Emas tidak moneter
b.      Neraca jasa jasa:
1.      Ongkos pengangkutan dan asuransi
2.      Ongkos transpor lain lain
3.      Perjalanan luar negri
4.      Pendapatan modal
5.      Pemerintah, tidak termasuk dalam bagian lain
6.      Jasa jasa lainnya
A.  Transaksi dagang
Yang kita catat dalam pos ini ialah semua transaksi ekspor dan impor barang dan jasa. Ekspor barang dan ekspor jasa kita catat dalam pos perdagangan disebelah kredit, sedangkan transaksi impor barang dan impor jasa kita catat dalam pos perdagangan dibagian debit .Transaksi perdagangan kita sebut sebagai visible trade, apabila benda yang kita ekspor atau yang kita impor merupakan penuaian jasa, maka transaksi tersebut kita golongkan sebagai invisible trade atau transaksi jasa.
B.       Pendapatan Modal
Pos ini meliputi semua transaksi peenerimaan pendapatan yang berasal dari penanaman modal kita diluar negri dan penerimaan pendapatan oleh penduduk negara lain yang merupakan akibat adanya modal asing yang tertanam dalam perekonomian kita. Dalam pos ini kita catat juga laba yang tidak dibagikan dari cabang cabang perusahaan asing yang ada di negara kita.

C.      Transaksi transaksi unilateral
Yang tergolong dalam transaksi unilateral adalah transaksi transaksi hadiah, bantuan dan transfer unilateral. Berbeda dengan transaksi jual beli, transaksi hadiah atau gift tidak mengakibatkan timbulnya kewajiban bagi si penerima barang untuk mengadakan pembayaran harganya kepada si penyerah barang tersebut. Dari segi pemberi hadiah transaksi penyerahan barang tidak pula menimbulkan hak kepadanya untuk menerima pembayaran dari si penerima barang. Transaksi yang tidak menimbulkan hak atau kewajiban secara yuridis adalah merupakan transaksi sepihak yaitu yang biasa disebut transaksi unilateral. Jadi misalnya seorang penduduk indonesia mendapat kiriman barang sebagai hadiah ulang tahunnya dari penduduk negara lain, pemerintah kita menerima obat obatan sebagai sumbangan untuk korban bencana alam yang kita peroleh dari penduduk negara lain.
D.  Penanaman Modal Langsung
Dalam istilah neraca pembayaran internasional yang tergolong sebagai transaksi direct investment ialah transaksi jual beli saham dan perusahaan yang diadakan oleh penduduk negara yang satu dengan penduduk negara yang lain dan penanaman modal langsung yang diadakan oleh penduduk suatu negara lain.
E.  Utang piutang Jangka Panjang
Yang tercatat pada pos ini meliputi semua transaksi kredit jangka panjang. Pada umumnya yang dimaksud dengan kredit jangka panjang ialah kredit dengan jangka waktu pembayaran lebih dari satu tahun. Dengan demikian suatu neraca pembayaran internasional pos long term loannya akan dikredit apabila penduduk negaranya ada yang berhasil menjual surat surat obligasi kepada negara lain, penduduk negara tersebut menerima pembayaran kembali pinjaman jangka panjang yang dipinjamkan kepada penduduk negara lain dan apabila penduduk negara tersebut dalam tahun neraca pembayaran mendapatkan pinjaman jangka panjang dari penduduk negara lain.
F.   Utang Piutang Jangka Pendek
Uraian mengenai pos ini sama dengan uraian pos long term loan, hanya saja bedanya ialah bahwa dalam pos long term loan, transaksi hutang piutang yang dicatat ialah hutang piutang jangka panjang, sedangkan dalam pos long term capital transaksi hutang piutang yang dicatat hanyalah transaksi hutang piutang jangka pendek yang jatuh temponya melebihi satu tahun.


G. Sektor Moneter
Sektor moneter terdiri dari:
Bank sentral
-          Hubungan dengan IMF
-          Kewajiban kewajiban jangka pendek
-          Mutasi cadangan devisa
-          Mutasi cadangan emas moneter
Bank bank devisa
-          Kewajiban kewajiban jangka pendek
-          Mutasi cadangan devisa
Transaksi yang terjadi pada pos sektor moneter pada dasarnya merupakan transaksi pembayaran. Yaitu pembayaran terhadap transaksi yang tercatat pada current account dan investment account .
Hubungan antara neraca pembayaran dengan neraca hutang piutang luar negri
            Pembagian neraca pembayaran kedalam neraca transaksi berjalan dan neraca transaksi modal yang biasa juga disebut dengan neraca transfer didasarkan atas ada tidaknya hubungan langsung antara pos bersangkutan dengan pos yang ada dalam balance of indebtedness, yang kita sebut hutang piutang luar negri. Bilamana sebuah pos dasar atau sebuah transaksi secara langsung tidak mengakibatkan berubahnya nilai pos pada neraca hutang piutang luar negri, maka pos atau transaksi tersebut kita masukan kedalam neraca transaksi berjalan. Sebaliknya apabila sebuah pos neraca pembayaran secara langsung mempengaruhi nilai dalam salah satu pos dalamneraca hutang piutang luar negri. Neraca pembayaran dari segi akuntansi tersebut menghasilkan pengelompokan yang bersifat umum seperti dibawah ini
a.       Neraca transaksi berjalan
1.      Transaksi perdagangan
2.      Pendapatan modal
3.      Transaksi uni lateral
b.      Neraca transaksi modal
1.      Penanaman modal langsung
2.      Hutang piutang jangka pendek
3.      Hutang piutang jangka pendek
4.      Sektor moneter
Neraca hutang piutang luar negri
            Kalau neraca pembayaran suatu negara mengiktisarkan semua transaksi ekonomi luar negri yang  diadakan oleh penduduk negara bersangkutan dengan penduduk negara lain. Neraca hutanag piutang luar negri besarnya hutang piutang penduduk negara tersebut dengan penduduk negara lain serta harta kekayaan milik penduduk negara lain yang ada dalam perekonomian negara tersebut.
Kebijakan Valuta Asing
            Kurs valuta asing sering diartikan sebagai banyaknya nilai mata uang suatu negara yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan satu unit nilai uang asing dolar. Kurs valuta asing adalah nilai tukar yang menggambarkan banyaknya rupiah yang harus dikeluarkan untuk mendapatlkan dolar. Data kurs valuta valuta asing tidak selalu stagnan karena pada dasarnya kurs valuta asing senantiasa terus berubah, hal ini dikarenakan oleh permintaan valas, tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi. Faktor pengawasan pemerintah dilakukan secara fiskal dan moneter . Spekulasi memiliki dampak bahwa perkiraan yang negatif terhadap suatu negara akan akan menyebabkan turunnya permintaan mata uang. Hal ini kemudian berdampak pada positifnya nilai caddangan devisa menimbulkan sentimen yang baik baik mata uang domestik yg akhirnya menghasilkan nilai mata uang teersebut.
Neraca perdagangan : pendekatan analisis parsial
Konsepsi kurva permintaan dan penawaran pasar dapat dipergunakan untuk menerangkan baik perdagangan antar-daerah maupun perdagangan antar-negara. Oleh karena konsepsi ini bukan memperhatikan sebagian kecil saja dari perekonomian, yaitu bahkan hanya memperhatikan satu komoditi saja, dan tidak memperhatikan sama sekali pantulan yang mungkin timbul dari sektor-sektor lainnya dalam [erekonomian, maka pendekatan ini dapat di kategorrikan sebagai pendekatan parsial atau lengkapnya partial equi;ibrium analysis.
1.      Perdagangan Antar-Daeerah

            Dengan menyadari adanya perbedaan-perbedaan antar daerah dalam hal jumlah penduduk, pendapatan masyarakat baik total, per kapita ataupun pendistribusiannnya, kesukaan, selera atau cita rasa penduduk, keaneka-ragaman barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia, dan seterusnya, maka kiranya mudah dipahami bahwa kurva permintaan pasar akan barang yang sama tendensinya berbeda-berbeda antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Untuk mudahnya kita misalkan suatu negara terdiri dari dua pulau, yaitu pulau A dan pulau B, yang mula-mulanya sama sekali tidak ada kontak atau hubungan di antara masyarakat kedua pulau tersebut.
            Kalau misalnya mula-mula sama sekali tidak ada kontakn antara penduduk pulau A dengan penduduk pulau B. Dalam keadaan demikian maka keadaan ekuilibrium pasar dipulau A dan B akan terbentuk dengan nilai-nilai ekuilibrium :
A.    Di pulau A :
a.       Harga ekuilibrium barang X = OPA /X
b.      Jumlah konsumsi barang X =OXA / bulan
c.       Jumlah produksi barang X = OXA /bulan.
B.      Di pulau B :
a.       Harga ekuilibrium barang X = OPA / X
b.      Jumlah konsumsi barang X = OXA / bulan
c.       Jumlah produksi barang X = OXA /bulan.
Dari contoh diata jelas dalam keadaan tertutup, yaitu tidak ada hubungan dagang dengan daerah lain, dalam keadaan ekuilibrium jumlah produksi selalu sama dengan jumlah konsumsi.
2.      Perdagangan Aantar-Bangsa
            Analisis permintan dan penawaran yang dipergunakan untuk menerangkan perdagangan antar-daerah  seperti diuraikan diatas sepenuhnya berlaku juga untuk perdagangan antar-bangsa, yaitu kita sebut juga perdagangan antar-negara atau perdagangan internasional. Perbedaan jumlah penduduk, perbedaan pendapatan, perbedaan kesukaan dan perbedaaan keaneka ragaman barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia bagi konsumen menyebabkan permintaan pasar terhadap akan suatu barang berbeda dengan negara yang satu dengan negara lainnya. Dilain [ihak apa yang bisa disebut factor endowment, yaitu kuantitas, kualitas dan komposisi sumber-sumber daya, berbeda dengan negara yang satu dengan negara yang lain.
            Di samping sifat-sifat yang sama seperti disebutkan di atas ada dua hal pokok yang banyak dijumpai dalam lalu-lintas perdagangan antar-bangsa tetapi jarang kita jumpai dalam lalu-lintas perdangan antar-daerah, yaitu:

A.    Mata uang yang berlaku di negara pengimpor pada umumnya berbeda dengan mata uang yang berlaku di negara pengekspor. Kenyataan ini menyebabkan timbulnya masalah-masalah, seperti misalnya : kurs devisa, risiko perubahan kurs devisa, cadangan valuta asing dan lain-lain lagi.
B.     Kebijakan pemerintah, seperti misalnya, bea atau tarif, kuota, subsidi dan sebagainya, banyak di kenakan pada perdagangan antar-negara, tetapi jarang dikenakan pada perdagangan antara-daerah.
3.      Permintaan Empor dan Penawaran Ekspor
Model analisi perdagangan antar negara dengan menggunakan konsepsi kurva permintaan dan penawaran pasar seperti diuraikan diatas agak sukar dipergunakan untuk menggambarkan masalah elastisitas. Pada hal nanti kita akan menyaksikan bahwa banyak kebijakan ekonomi luar negeri pemerintah mengenai keberhasilannya sangat ditentukan oleh tinggi-rendahnya elastisitas. Permintaan impor dan elastisitas penawaran ekspor. Masalah tersebut sedikit dapat teratasi apabila untuk persoalan yang sama diuraikan dengan menggunakan konsepsi pembuatan impor dan penawaran ekspor.
4.      Bea dan Subsidi
Dengan berbagai pertimbangan, pemerintah sering membebankan pungutan terhadap impor maupun ekspor barang-barang dan jasa-jasa dimana secara langsung importir maupun eksportir yang dikenai pungutan tersebut tidak meneriman balas jasa apapun. Pungutan ini biasa disebut bea, tariff atau dutty. Bea yang dibebankan pada impor disebut bea impor, impor tarif atau impor duty, bea yang digunakan pada ekspor disebut bea ekspor, sedangkan bea yang di kenakan pada barang-barang yang melewati daerah pabea negara pemungut disebut bea transitto atau transit duty.
            Cukup banyak pengaruh ekonomi dari bea dan subsidi, antara lain ialah : pengaruhnya terhadapa perdagangan, (yaitu yang dimaksud  di sini pengaruhnya terhadap impor dan atau ekspor) yang sering juga disebut trade effect,  pengaruh terhadap harga atau price effect, pengaruh terhadap konsumsi atau consumption effect, pengaruh terhdap produksi atau production effect, yang sebenar-benar lebih lazim disebut protective effect, pengaruh terhadap neraca pembayaran luar negeri yaitu balance of payments effect, pengaruh terhadap pembagian pendapatan nasional redistribution effect, pengaruh terhadap kesempatan kerja yaitu employment effect, pengaruh terhadap dasar tukar atau term of trade effect, dan pengaruh terhadap pendapatan negara yang di sebut juga revenue effect. Dari berbagai macam pengaruh tarif tersebut, hanya beberapa saja yang akan kita perhatikan, terutama ialah trade effect dan price effect.
            Subsidi boleh dikatan merupakan keblikan dari bea. Kalau bea lebih lazim dikenakan pada impor, subsidi lebih azim dikenakan pada impor. Subsidi lebih lazim kenanakn pada ekspor. Meskipun biasanya ada juga barang-barang yang dikenai bea ekspor atau dikenai subsidi impor. Subsidi merupakan pembayaran/pemberin uang oleh pemerintah kepada seseorang yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan, dimana tidak ada balas jasa yang langsung.
Devaluasi dan Revaluasi
            Dalam uraian-uraian sebelumnya dipergunakan asumsi bahwa kurs dollar Australia dinyatakan dalam rupiah setinggi Rp 700/$A. Dalam uraian-uraian tersebut secara implisit diasumsikan bahwa kurs tersebut tetap dan tidak dipengaruhi oleh nilai ekspor ataupun nilai impor. Keadaan seperti ini hanya terjadi kalau pemerintah menggunakan sistem devisa dimana kurs devisa ditetapkan oleh pemerintah negara bersangkutan; misalnya sistem pengawasan devisa dan sistem kurs tambatan.
            Kelak pada bab-bab yang memperbincangkan masalah penyeimbangan kembali neraca pembayaran yang tidak seimbang, kita akan menemukan bahwa dalam sistem devisa di mana kurs devisa ditentukan oleh pemerintah, maka sebagai akibat adanya perubahan daya beli mata uang dalam negri ataupun daya beli mata uang asing, pemerintah kadang-kadang perlu mengadakan penyesuaian kurs devisa. Dengan sendirinya ada dua kemungkinan penyesuaian, yaitu:
1.      Apabila dirasakan mata uang dalam negri dinilai terlalu tinggi, yaitu biasa disebut bahwa mata uang dalam negri terdapat overvalued, maka ini berarti bahwa kurs valuta asing ditetapkan terlalu rendah, maka biasanya pemerintah meningkatkan tingginya kurs valuta asing. Tindakan pemerintah yang berupa meningkatkan kurs valuta asing dinyatakan dalam mata uang dari negara tersebut dapat disebut sebagai kebijaksanaan devaluasi.
2.      Apabila dirasakan mata uang dalam negri dinilai terlalu rendah dinyatakan dalam valuta asing, maka ini mempunyai makna bahwa kurs valuta asing sudah terlalu tinggi. Dalam keadaan seperti ini pemerintah biasanya mengambil kebijakan revaluasi, yaitu menurunkan nilai kurs valuta asing atau dengan kata lain mata uang sendiri nilainya terhadap mata uang asing dinaikkan. Dalam sejarah perekonomian kita belum pernah pemerintah melakukan kebijakan revaluasi.
Devaluasi akan berhasil memperbaiki neraca pembayaran apabila dipenuhi syarat hasil penjumlahan koefisien elastisitas permintaan luar negri akan komoditi ekspor negara yang melakukan devaluasi dengan koefisien elastisitas permintaan dalam negri akan komoditi impor lebih besar daripada satu.
Pendapatan Nasional Ekuilibrium
            Dari segi sumber atau asalnya, pendapatan nasional terdiri dari konsumsi dan investasi.
Jadi C+I=Y. Sedangkan, dari sudut penggunaannya, pendapatan nasional sebagian untukpengeluaran konsumsi, sedangkan selebihnya adalah merupakan saving. Yaitu Y=C+S
            Apabila pendapatan dalam periode 0 digunakan dalam periode 1, pendapatan nasional pada periode 1digunakan untuk periode 2 dan demikian seterusnya, maka hubungan konsumsi, investasi, saving dan pendapatan nasional dapat di lukiskan seperti berikut.
C0 + I0 =Y0
            Y0=C1+S1
                        C1+I1=Y1
                                    Y1=C2+S3
            Yang dimaksud pendapatan nasional ekuilibrium adalah tingkat pendapatan nasional dimana tidak ada kekuatan ekonomi yang mempunyai tendensi untuk mengubahnya. Ini berarti bahwa pendapatan akan ada dalam keadaan ekuilibrium apabila di penuhi syarat: Y0=Y1=Y2=Y3=Y4 dan seterusnya. Dan konsumsipun akan berada dalam keadaan ekuilibrium pada saat: C0=C1=C2=C3 dan seterusnya. Dengan uraian yang sama, dapat kita tarik kesimpulan yang sama terhadap saving. Yaitu dimana Y0=Y2 dan seterusnya.
Jadi bahwa pendapatan nasional akan mencapai ekuilibrium bilamana dipenuhi sayarat;
S=I………………………………………………………………………………………….
Pendapatan nasional ekuilibrium
Ada 2 buah carauntuk menemukan formula untuk menghitung tingkat pendapatan ekuilibrium. Kedua cara tersebut adalah :
Y=C+I
C=a +cY

Maka : Y=a+cY+I
            Y-cY=a+i
            (1-c)Y=a+I
Y
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan nasional akan mencapai ekuilibrium pada tingkat pendapatan nasional setinggi:
Y ……………………………………..

Efek Terhadap Neraca Perdagangan
Neraca Perdagangan (Trade Balance) adalah sebuah ukuran selisih antara nilai impor dan ekspor atas barang nyata dan jasa. Tingkat neraca perdagangan dan perubahan ekspor dan impor diikuti secara luas dalam pasar valuta asing. Efek terhadap neraca perdagangan cenderung menaikkan barang-barang impor. Sebaliknya, apabila suatu negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak berkembang. Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari globaliassi terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan faktor produksi dari luar negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan) investasi ke luar negeri semakin meningkat. Tidak berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk terhadap neraca pembayaran.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar